Para
pengunjung agritani sudah pernah baca dong artikel Sistem Jajar Legowo... Nah
seiring berkembangnya teknologi, belakangan terdengar santer juga penyempurnaan
dari sistem jajar legowo tadi yang dikasih nama Budidaya Padi Jajar Legowo
Super. Mungkin jarak tanam nya tetap ya pakai jajar legowo, tetapi teknik ini
pastinya dilengkapi dengan teknologi A, B, C dan yang lainnya, sehingga jadilah
Jajar Legowo Super..
Perbedaan jajar
legowo dan jajar legowo super dapat terlihat seperti berikut ini:
(a) Jajar Legowo
(Jarwo): merupakan sistem tanam pindah dimana antara 2 barisan tanaman padi
terdapat lorong kosong memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi, sedangkan
dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar baris;
(b)
Jajar Legowo Super (Jarwo Super): Sistem produksi padi yang mengimplementasikan
secara terpadu teknologi budidaya padi terbaik dari inovasi Balitbangtan
berbasis cara tanam jajar legowo yang meliputi, VUB dengan potensi hasil
tinggi, biodekomposer, pupuk hayati, pemupukan berimbang, pengendalian OPT dengan
pestisida nabati, dan penggunaan alsintan (khususnya transplanter dan combine
harvester) untuk menekan biaya tenaga kerja.
Adapun komponen teknologi jajar legowo super diantaranya
adalah:
Sumber: BB Padi, Badan Litbang Pertanian
1. VUB dengan potensi hasil tinggi seperti varietas Inpari
30 Ciherang sub 1 dengan potensi hasil 13,9 ton GKP/ha, varietas inpari 32 HDB
dengan potensi hasil 14,4 ton GKP/ha, dan varietas Inpari 33 dengan potensi
hasil 10 GKG/ha. Varietas ini memiliki keunggulan yang berbeda satu dengan
lainnya dengan tingkat kestabilan produksi yang baik serta unggul dalam
beradaptasi terhadap cekaman biotik dan abiotik.
2. Pemberian pupuk organik,
Seperti pupuk Bokashi, kompos atau kotoran hewan yang sudah difermentasi
dengan Biodekomposer. Dosis yang diberikan adalah 1-2 ton/ha. Perlakuan
dilakukan sebelum pengolahan tanah ataupun bersamaan dengan pengolahan tanah
kedua. Biodekomposer sendiri merupakan inovasi teknologi perombak bahan organk.
Cara penggunaan bidekomposer yaitu dengan memberikan 2 liter Biodekomposer
untuk 2 ton kotoran hewan atau juga jerami . Campurkan dengan 400 liter air
bersih. Lalu siramkan biodekomposer secara merata pada tunggul dan jerami di
petakan sawah. Langkah selanjutnya adalah lakukan gelebeg dengan traktor.
Setelah itu biarkan tanah dalam kondisi lembab selama 7 hari. Kelebihan
biodekomposer adalah mampu mempercepat waktu pengomposan jerami dari 2 bulan
hingga 3-4 minggu. Biodekomposer juga membantu meningkatkan ketersediaan hara
NPK di dalam tanah sehingga lebih efisien dan dapat menekan perkembangan
penyakit tular tanah.
3. Pemberian aplikasi pupuk hayati.
Untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan
tanah diperlukan mikroba. Pupuk hayati memiliki mikroba non patogenik yang
dapat menambat nitrogen, melarutkan fosfat dan menghasilkan fitohormon.
Fitohormon merupakan zat pemacu tumbuh tanaman. Keunggulan lainnya yang
dimiliki oleh pupuk ini adalah kandungan mikroba yang memiliki aktivitas
enzimatik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji,
meningkatkan vigor dan viabilitas benih.
Agritani sendiri menyediakan beberapa jenis pupuk hayati seperti BioTan10 dan Pupuk Hayati Primanu.
Agritani sendiri menyediakan beberapa jenis pupuk hayati seperti BioTan10 dan Pupuk Hayati Primanu.
4. Persemaian dalam budidaya padi jajar legowo super adalah
dengan menggunakan persemaian system dapog karena bibit ditanam dengan
menggunakan alat tanam transplanter. Benih disebar dalam media dapog yang
berukuran 18 x 56 cm dengan jumlah benih sekitar 100-125 gram/kotak. Dapog
dibuat secara insitu menggunakan plastik lembaran dengan media tanam terdiri
dari campuran tanah dan pupuk kandang. Perbandingan antara keduanya 3:2. Pada
saat bibit berumur 14-17 hari setelah semai (HSS) dengan ciri tinggi 10-15 cm
dan sudah memiliki 2-3 helai daun. Langkah selanjutnya adalah menanam bibit
dengan menggunakan mesin indojarwo transplanter. Penggunaan alat ini bertujuan
untuk mengefisienkan waktu tanam dan tenaga kerja petani.
Penanaman
dilakukan dengan menggunakan mesin indojarwo transplanter. Pada budidaya
tanaman, kerapatan tanaman merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Tujuan pengaturan kerapatan tanaman agar dapat mengoprimalkan hasil budidaya
yang dilaksanakan. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan system tanam pindah
dengan memberikan lorong kosong. Sistem tanam ini bertujuan untuk meningkatkan
populasi tanaman padi per satuan luas sehingga adanya efek tanaman pinggir dan
permudah pemeliharaan tanaman.
Sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x
12,5 x 50 cm meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333 rumpun/ha atau
terdapat peningkatan 33,3% dibandingkan dengan sistem tanam tegel 25 x 25 cm
dengan populasi 160.000 rumpun/ha. Namun demikian ternyata aplikasi di lapangan
mengenai jarak tanam jajar legowo in sangatlah beragam. Penanaman dengan
menggunakan alat tanam dilakukan pada saat kondisi air macak-macak untuk
menghindari roda alat tanam terselip. Adapun cara lainnya dengan menggunakan
bantuan alat "caplak". Tanam dengan umur bibit 15-18 hss dan gunakan
2-3 batang tanaman/rumpun.
Penyulaman dilakukan tidak boleh melebihi dari 2 minggu
setelah tanam. Pemupukan organik dengan memberikan pupuk kandang yang telah
matang dan pemupukan anorganik dilakukan tiga kali yaitu pemupukan dasar pada
umur 7-10 hari setelah tanam (HST), pemupukan pertama pada umur 25-30 (HST) dan
pemupukan kedua pada umur 40-45 (HST). Untuk kecukupan N dapat dilakukan dengan
menggunakan bagan warna daun (BWD) setiap 10 hari hingga menjelang berbunga.
Penanganan hama dan penyakit tanaman dilakukan diutamakan penanaman secara serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon dan mempertahankan populasi musuh alami. Pemantauan populasi hama dan penyakit secara rutin. Kendalikan hama wereng sedini mungkin. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan. Untuk mengendalikan penyebaran penyakit tungro dengan mengatur kondisi pengairan sawah, yaitu menggenangi sawah saat terserang tungro.
Penanganan hama dan penyakit tanaman dilakukan diutamakan penanaman secara serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon dan mempertahankan populasi musuh alami. Pemantauan populasi hama dan penyakit secara rutin. Kendalikan hama wereng sedini mungkin. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan. Untuk mengendalikan penyebaran penyakit tungro dengan mengatur kondisi pengairan sawah, yaitu menggenangi sawah saat terserang tungro.
Semoga membantu
Sumber: BB Padi, Badan Litbang Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar