Selasa, 28 April 2015

MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DGN AGENS HAYATI


Sebelum lebih jauh tentang penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) ini, ada pertanyaan dari saya,kenapa sih banyak OPT/penyakit yang selalu membayangi di pertanaman padi? Nah..hal ini banyak faktornya, antar lain makanan selalu tersedia di alam, lingkungan makro & mikro mendukung, kesalahan dalam identifikasi hama & diagnosis penyakit, atau juga kesalahan dalam teknik pengendalian. Berikut ini tulis sedikit tentang  identifikasi dan pengendalian HDB. Hawar Daun Bakteri merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (>250 kg urea/ha).


Gejala Dibedakan Menjadi 2 Golongan
1.  GEJALA KRESEK  /  LAYU DAUN
Terjadi pada tanaman muda (umumnya muncul pada 1 – 6 minggu set gejala dibedakan menjadi 2 golongan elah tanam) 
Gejala awal  : tepi daun/bagian daun berupa garis bercak kebasahan.Bercak selanjutnya meluas berwarna hijau keabuan,seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. 
Gejala kresek merupakan gejala yang paling merusak.

MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DGN AGENS HAYATI


Sebelum lebih jauh tentang penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) ini, ada pertanyaan dari saya,kenapa sih banyak OPT/penyakit yang selalu membayangi di pertanaman padi? Nah..hal ini banyak faktornya, antar lain makanan selalu tersedia di alam, lingkungan makro & mikro mendukung, kesalahan dalam identifikasi hama & diagnosis penyakit, atau juga kesalahan dalam teknik pengendalian. Berikut ini tulis sedikit tentang  identifikasi dan pengendalian HDB. Hawar Daun Bakteri merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (>250 kg urea/ha).

Gejala Dibedakan Menjadi 2 Golongan
1.  GEJALA KRESEK  /  LAYU DAUN
Terjadi pada tanaman muda (umumnya muncul pada 1 – 6 minggu set gejala dibedakan menjadi 2 golongan elah tanam) 
Gejala awal  : tepi daun / bagian daun berupa garis bercak kebasahan.  Bercak selanjutnya meluas berwarna hijau keabuan,  seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. 
Gejala kresek merupakan gejala yang paling merusak.
 2. Hawar
 Terjadi pada tanaman dewasa
Gejala awal berupa bercak kebasahan pada satu atau kedua sisi daun beberapa cm dari ujung daun. 
Bercak meluas berwarna hijau keabuan, kebasahan, daun menggulung, mengering dengan warna abu-abu keputihan.
Luka nampak pertama kali seperti garis-garis yang mengandung air pada batas daun

 Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Perkembangan Penyakit HDB
1) Kelembaban tinggi
2) Kondisi hujan disertai angin
3) Pemberian N secara berlebihan 

 OPERASIONAL PENGENDALIAN PENYAKIT HDB (Hawar Daun Bakteri)
 1. Pemilihan Lokasi Dan Waktu Tanam
Informasi sebaran ras blas dan strain bakteri patogen (pemetaan)
Waktu kritis tidak pada waktu basah ( Lama pengembunan), puncak sebaran    spora/bakteri
 2. Penggunaan Varietas Tahan
 Informasi grouping varietas sesuai dengan ras blas/ strain bakteri
3. Penggunaan Benih Sehat
Perlakuan benih dengan kaporit/ air garam, benih tenggelam indikator sehat
4. Pola Bercocok Tanam Interplanting
Penanaman campuran varietas yang  sifat genetik berbeda
5. Sanitasi Lingkungan
Pembersihan saluran irigasi dari gulma   ( l. hexandra, P repens, E. crusgalli)
Pembersihan singgang/ jerami bergejala
6. Manipulasi Lingkungan
Sistem tanam legowo, mengatur mikro klimat
Pengairan berselang 3 – 6 kali sehari, memperbaiki aerasi tanah
7. Pemupukan
Penggunaan pupuk organik yang  matang ( Kompos Fermentasi )
Penggunaan pupuk berimbang
Aplikasi pupuk K

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
Pratanam
·      Sanitasi tanaman inang
·      Pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras

Pesemaian
·      Penggunaan benih sehat
·      Sanitasi inang pada saluran irigasi
·      Hindari penggenangan terlalu dalam

Tanaman Muda (Tanam – Anakan maksimum)
·      Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat
·      Sanitasi rerumputan sumber patogen
·      Pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, terutama pada daerah endemik serangan penyakit
 PEMANFAATAN AGENS ANTAGONIS
Bakteri antagonis Corynebacterium untuk    HDB ( Hawar daun Bakteri )
Dosis 5 cc/lt (populasi 106 Cfu/ml), Volume 500 lt/ha; waktu perendaman benih, pesemaian dan pertanaman   ( 14 hst, 28 hst, 42 hst)

Pengendalian dengan Corynebacterium
Perlakuan Benih : perendaman benih dg suspensi bakteri antagonis 5 ml/lt air
Persemaian : penyemprotan suspensi bakteri antagonis 5 ml/lt air scr merata
 Pertanaman :
-       14 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
-       28 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
-       42 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
            -       56 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt 
 Demikian sedikit tentang pengendalian HDB pada tanaman padi, semoga dapat bermanfaat untuk kemajuan pertanian kita....


Senin, 06 April 2015

Teknik Budidaya Padi SRI



Beberapa waktu lalu saya share tentang Konsep dan Prinsip SRI, dan kali ini saya ulas tentang Teknik budidaya padi dengan metode SRI, yaitu  sebagai berikut:
1.  Pengolahan Tanah
Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat. Tanah merupakan media tumbuh tanaman, tanah harus diolah sempurna untuk mendapatkan tanah yang melumpur sempurna bagi pertumbuhan tanaman padi. Pengolahan tanah untuk padi sawah tidak boleh terlalu dalam atau terlalu dangkal (pengolahan sampai kedalaman 30-45 cm).
Untuk membuat tanah melumpur sempurna dilakukan pembajakan kemudian digaru. Untuk pengolahan tanah metode SRI, sebelum penggaruan dilakukan penebaran pupuk organik dengan dosis 7-10 ton/ha. Pada saat penaburan pupuk organik atau penggaruan, semua saluran pembuangan pada petakan sawah ditutup atau air jangan mengalir. Dibuat saluran keliling atau saluran pemalir pada petakan sawah untuk memudahkan dalam manajemen air petakan.