Selasa, 15 Agustus 2017

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman/OPT pada Bawang Merah

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. Organisme Pengganggu Tanaman, secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga tungau, vertebrata dan molusca. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim, sehingga tidak heran jika pada musim penghujan, sangat disibukkan oleh masalah penyakit tanaman.

Hama Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1. Ulat bawang (Spodoptera exigua atau S. litura)
Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5-7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya tanaman bawang merah sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher. Larva akan tinggal di dalam daun dan memakan dari dalam. Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermisnya saja. Daun berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Cara pengendalian adalah dengan memetik daun bawang merah yang terserang. Jika populasi sudah di atas ambang, dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Hostathion 40 EC, Buldog, lanet, dll dengan dosis 2 cc/liter air atau dengan Curacron 500 EC (2 ml/liter air) bergantian dengan Proclaim 5 SG (2 gr/liter air) atau Match 50 EC sebanyak 1 ml/liter air.
Cara pengendalaian ramah lingkungan dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang di sawah, dengan jarak 20 cm x 20 cm, sehingga dalam satu hektar diperlukan 25 s.d 30 lampu. Pemasangan perangkap lampu ini diletakkan tidak lebih dari 40 cm di atas permukaan bedengan.

2. Ulat tanah
Ulat ini berwarna coklat hitam. Pada bagian pucuk/titik tumbuh atau tangkai, kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat terlihat pada senja atau malam hari. Jaga kebersihan dari sisa tanaman atau rerumputan yang menjadi sarangnya.

3. Thrips
Thrips biasanya hidup di sela-sela daun, serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 buah yang akan menetas dalam waktu 5-10 hari. Siklus hidupnya berkisar antara 7-21 hari, tergantung dengan kondisi lingkungan. Ukuran serangga dewasa adalah 1-2 mm. Thrips mulai menyerang pada pertanaman umur 30 hari setelah tanam, karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang merah yang terserang berwarna putih mengkilat seperti perak, serangan yang parah mengakibatkan daun menjadi layu. Serangan berat terjadi pada suhu udara di atas normal dengan kelembaban diatas 70 %. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator berupa kumbang macan atau semprotkan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/liter air/

4. Penggorok daun (Liriomyza, Spp)
Belatung hama penggorok daun tinggal dan makan dari dalam jaringan daun, sehingga berbentuk korokan atau guratan pada daun. Siklus hidup berkisar 2 minggu. Serangan yang parah akan menyebabkan seluruh jaringan daun mati dan akhirnya tanaman juga mati. Pengendalian menggunakan Trigard 75 WP (2 gr/liter air) dan bergantian dengan Agrimec 18 EC (0,5 cc/liter ir).

Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1. Layu (Jamur fusarium oxysporum)
Penyakit yang perlu diwaspadai pada saat awal pertumbuhan adalah layu fusarium. Gejala awal dari penyakit ini adalah ditandai dengan menguningnya daun bawang merah, kemudian tanaman layu dengan cepat. Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman. Pengendalian dengan menggunakan agens hayati yang juga mampu meningkatkan produksi bawang merah. Bakteri Peudomonas fluorescens yang terdapat pada agens hayati mmpu menghasilkan zat perangsang pertumbuhan tanaman dan juga mampu menekan pertumbuhan pathogen, sehingga dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan produksi dan mengendalikan penyakit.
Cara pemakaian agens hayati pada perlakuan bibit, yaitu semprot bibit saat akan ditanami setelah dipotong ujungnya dengan larutan agens hayati dengan dosis 10 cc PGPR/liter air pada tanaman umur 1, 20, 30 hari setelah tanam, dengan volume semprot 500 liter larutan/ha.

2. Virus
Gejala pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai tanaman bebas virus serta pergiliran tanaman selai golongan bawang-bawangan. Virus ini ditularkan oleh hama golongan penusuk penghisap.

3. Busuk Umbi
Umbi yang terserang menjadi busuk dan berbau, biasanya menyerang pada tanah yang becek dan drainase jelek.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar