Senin, 06 April 2015

Teknik Budidaya Padi SRI



Beberapa waktu lalu saya share tentang Konsep dan Prinsip SRI, dan kali ini saya ulas tentang Teknik budidaya padi dengan metode SRI, yaitu  sebagai berikut:
1.  Pengolahan Tanah
Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat. Tanah merupakan media tumbuh tanaman, tanah harus diolah sempurna untuk mendapatkan tanah yang melumpur sempurna bagi pertumbuhan tanaman padi. Pengolahan tanah untuk padi sawah tidak boleh terlalu dalam atau terlalu dangkal (pengolahan sampai kedalaman 30-45 cm).
Untuk membuat tanah melumpur sempurna dilakukan pembajakan kemudian digaru. Untuk pengolahan tanah metode SRI, sebelum penggaruan dilakukan penebaran pupuk organik dengan dosis 7-10 ton/ha. Pada saat penaburan pupuk organik atau penggaruan, semua saluran pembuangan pada petakan sawah ditutup atau air jangan mengalir. Dibuat saluran keliling atau saluran pemalir pada petakan sawah untuk memudahkan dalam manajemen air petakan.


2.    Benih Unggul
Syarat benih unggul harus dipenuhi untuk menghasilkan produksi tanaman padi sawah dengan metode SRI. Secara umum benih benih unggul (benih bersertifikat) bercirikan antara lain varietas diketahui dengan jelas (tidak terkontaminasi benih varietas lain), daya kecambah minimal 95 %, bebas dari hama penyakit, bebas dari biji-bijian gulma, bebas dari kotoran bila ada sangat kecil sekali, mempunyai kecepatan tumbuh yang capat dan seragam dan lainnya. Sebelum benih dikecambahkan dilakukan uji vigor kebernasan benih yang merupakan dasar penentuan daya kecepatan tumbuh benih dan uji daya kecambah.

3.  Persemaian
Persemaian sistem tanam padi metode SRI dengan sistem penanaman padi yang biasa terdapat perbedaan. Persemian untuk budidaya tanaman padi dengan metode SRI dilakukan dengan menggunakan kotak (besek). Penggunaan kotak persemaian memudahkan dalam pelaksanaan, pengamatan, pengangkutan dan seleksi benih. Kotak persemaian biasanya dengan ukuran 20x20 cm dengan tinggi 5 cm dan untuk luasan satu ha dibutuhkan 420-490 buah kotah persemaian. Jumlah benih perkotak pesemaian 300-350 biji/gabah benih.
Umur bibit untuk tanaman padi sawah dalam budidaya metode SRI adalah 7-10 hari setelah semai. Selama dipersemaian harus dilakukan pemeliharaan dan harus dihindarkan gangguan oleh hama.

4.    Penanaman Bibit
Umur bibit tanaman padi untuk budidaya padi dengan metode SRI adalah 7-10 hari setelah semai. Bibit harus ditanam muda karena akan membuat potensi anakan menjadi lebih banyak. Jumlah bibit per lubang tanam hanya satu batang/anakan.  Hal ini karena tanaman padi membutuhkan tempat tumbuh yang cukup agar dia dapat mencapai pertumbuhan optimal. Apabila ditanam secara banyak, maka akan terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, udara, dan bahan lainnya dalam suatu titik atau area tanam. Ditanam secara dangkal sedalam 1,0-1,5 cm dan letak perakaran horizontal seperti huruf “L”. Hal ini bertujuan untuk memacu proses pertumbuhan dan asimilasi nutrisi akar muda. Jika ditanam terbenam, maka akan timbul kekurangan oksigen yang menimbulkan peracunan akar (asphyxia), dan gangguan siklus nitrogen yang dapat menyebabkan pelepasan energi, produksi asam yang tinggi serta tidak adanya rebalance H+ sehingga terjadi destruksi sel akar dan pertumbuhan struktur akar menjadi  tidak lengkap.
Jarak tanam dapat dipilih antara lain 25x25 cm, 27x27 cm atau 30x30 cm. Jarak tanam yang semakin jarang serta ketersediaan unsur hara nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan butir hijau, butir kapur dan atau butir merah yang akan menurunkan kualitas gabah yang akan menyebabkan panen tidak serempak. Untuk itu setiap varietas padi mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan tumbuhnya, sehingga tidak semua varietas memerlukan pengelolaan lingkungan yang sama. Hal ini untuk menjamin selama proses tumbuhnya padi menjadi padi siap panen, seluruh nutrisi, udara, cahaya matahari, dan bahan lainnya tersedia dalam jumlah cukup untuk suatu rumpun padi.

5.    Pemupukan
Dalam SRI pupuk yang dipakai adalah pupuk organik yang berasal dari bahan organik seperti hijauan, kotoran ternak, limbah rumah tangga dan limbah pertanian. Bahan tersebut dikomposkan dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). Pemupukan dapat ditambahkan dengan pupuk cair organik.
Dosis yang diperlukan adalah 7-10 ton/ha atau tergantung pada kesuburan lahan. Pemupukan pertama dilakukan bersama dengan waktu penggaruan pada saat pengolahan tanah, pemupukan kedua dilakukan pada fase pembentukan anakan.
Pemupukan susulan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 15 hari. Jenis pupuk yang digunakan adalah bokhasi dengan dosis 1 ton/ha. Pemupukan tahap kedua dilakukan saat tanaman berumur 25-60 hari dengan frekuensi seminggu sekali dengan menggunakan pupuk organik cair yang mengandung N tinggi. Pemupukan susulan tahap ketiga dilakukan saat tanaman memasuki fase generatif umur 60 hari.
Peran kompos lebih kompleks daripada peran pupuk. Selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh padi secara optimal. Konsep bioreaktor adalah kunci sukses dari SRI. Bioreaktor yang dibangun oleh kompos, mikrooganisme lokal, struktur padi, dan tanah menjamin bahwa padi selama proses pertumbuhan dari bibit sampai padi dewasa tidak mengalami hambatan. Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi sesuai POD melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan padi, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan padi, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang padi.

6.    Pengelolaan air dan Penyiangan
Pengelolaan air metode SRI adalah pengaturan pemberian air pada petakan sawah sedemikian rupa sehingga petakan sawah macak-macak, penggenangan dan pengeringan. Pengelolaan air dan penyiangan berdasarkan  umur padi. Jadwal pengaturan air pada petakan sawah dalam budidaya padi metode SRI disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaturan Air dan Penyiangan Berdasarkan Fase Pertumbuhan

Umur Tanaman

Pengaturan Air  dan Penyiangan
1-8       HST
Petakan sawah keadaan air macak-macak.
9-10     HST
Petakan sawah digenangi 2-3 cm, lakukan penyiangan ke 1
11-18   HST
Petakan sawah dikeringkan.
19-20   HST
Petakan sawah digenangi 2-3 cm, lakukan penyiangan ke-2.
21-28   HST
Petakan sawah dikeringkan sampai pembungaan.
Fase berbunga-
Fase masak susu.
Petakan sawah digenangi 2-3 cm.

Fase masak susu - Menjelang panen
Petakan sawah dikeringkan.
  Sumber: Sjechnadarfuddin Tahun 2008.

Pengeringan petakan sawah dapat menekan pertumbuhan meninggi batang padi akibat terjadinya persaingan penyerapan nitrogen. Di lain pihak, daun padi akan besar dan tebal, keras dan kuat yang meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit dan penyimpanan pati akan lebih aktif.
Tanah yang tergenang air akan menyebabkan kerusakan pada struktur padi dikarenakan padi bukan tanaman air (membutuhkan air tetapi tidak terlalu banyak). Hal lain yang ditimbulkan oleh proses penggenangan adalah timbulnya hama. Ketika padi hidup dalam suatu tanah yang tergenang, maka musuh alami hama padi tidak dapat hidup sedangkan hama padi dapat hidup. Bahkan, hal ini memacu adanya hama padi baru yang berasal dari lingkungan akuatik.
Penyiangan adalah mengendalikan gulma yang ada di petakan sawah dan lingkungan petakan sawah yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman baik secara langsung atau tidak langsung (menjadi inang hama dan penyakit). Penyiangan akan menyebabkan ruang pori udara tanah akan meningkat yang berarti meningkatkan kadar oksigen dalam tanah. Gulma yang ada dalam petakan sawah dapat merugikan akibat persaingan terhadap penggunaan (unsur hara, tempat, sinar matahari), dapat sebagai inang hama penyakit, meningkatkan kelembaban dan efek alelopati. Gulma yang dicabut dibenamkan dipetakan sawah.

7. Pengendalian Hama Penyakit
Pemberantasan hama penyakit prinsipnya adalah mengendalikan populasi hama penyakit dan apabila menyerang tanaman tidak merugikan dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk budidaya tanaman padi sawah dengan metode SRI lebih ditekankan pada pengendalian secara terpadu atau Integrated Pest Management Control= IPMC. Sistem PHT yaitu pengelolaan unsur agroekosistem sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Prinsip PHT yang perlu diterapkan adalah:1) budidaya tanaman sehat, 2) pemanfaatan dan pelestarian musuh alami, 3) pengamatan mingguan yang berkelanjutan dan 4) petani terampil PHT.
Pencatatan populasi hama dan intensitas serangan mingguan akan sangat penting dalam memberikan informasi untuk pengendalian. Apabila dari hasil pencatatan telah mencapai ambang batas ekonomi perlu dikendalikan menggunakan pestisida nabati secara bijaksana.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar