Rabu, 06 Januari 2016

Padi Unggul Baru Toleran Terhadap Perubahan Iklim





Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan mempengaruhi kehidupan tanaman. Upaya pecegahan atau pelindungan perlu dilakukan, salah satunya dengan menciptakan varietas tanaman yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Adanya fenomena ekstrem misalnya badai, embun beku, musim hujan berkepanjangan,  musim kemarau berkepanjangan atau curah hujan sangat tinggi, dapat secara langsung merusak tanaman.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan iklim yang mengancam produksi pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai, karena perubahan iklim ini menyebakan tejadinya:
1.      Kemarau panjang yang menyebabkan tanaman didera kekeringan;
tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. tanpa hujan selama seminggu dapat menurunkan hasil padi gogo atau hasil padi sawah jika dua minggu tanpa hujan, penurunan hasil sekitar 17-40%
2.      Panjang periode hujan yang merendam sebagian area pertanaman;
banjir di daerah pantai terutama terjadi karena meningkatnya permukaan air laut akibat badai tropis. frekuensi banjir akan meningkat sejalan dengan berubahnya iklim yang demikian cepat. area pertanaman padi yang selama ini tidak pernah dilanda banjir, suatu waktu akan terendam air karena tingginya curah hujan dalam waktu lama.
3.      Salinitas (peningkatan kadar garam);
salinitas terjadi akibat permukaan air laut naik karena pemanasan global sehingga gunung es di kawasan kutub mencair. salinitas terjadi di areal tanam di kawasan pesisir sehingga tanamn terpapar oleh air berkadar garam tinggi. tanaman padi dan palawija pada umumnya tidak toleran terhadap salinitas, sehingga produksi padi dan palawija di lokasi yang teraliri air laut akan turun.
4.      Dinamika serangan hama dan penyakit mengikuti perubahan iklim;
pada tanaman padi, pola curah hujan tidak beraturan dan berbagai cengkraman kekurangan air meningkatkan intensitas beberapa hama dan penyakit, antara lain hama werang cokelat, penyakit bercak cokelat dan blas.
Namun demikian kondisi lingkungan baru tanaman padi karena perubahan cara bercocok tanam yang diadopsi petani untuk mengantisipasi perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan intensitas penyakit busuk pelepah batang, hama lalat buah, dan atau hama pemotong daun.
Kompetisi antara pertumbuhan gulma dan tanaman budi daya diperkirakan akan meningkat dan merupakan tantangan bagi keberlanjutan produksi pangan. disamping itu, perubahan cuaca ekstrim dapat menimbulkan ledakan hama tikus akibat waktu tanam yang tidak serempak, baik atarmusim maupun dalam musim yang sama.
Untuk mengatasi masalah petani akibat dari dampak perubahan iklim yang dapat menurunkan hasil produksi pertanian, maka telah dilakukan upaya-upaya yang salah satunya adalah dengan inovasi varietas unggul tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai yang toleran tehadap dampak perubahan iklim tersebut, yaitu varietas unggul yang toleran kekeringan, rendeman, salinitas, dan tahan terhadap hama dan penyakit utama, Khusus untuk padi, varietas unggul toleran terhadap dampak perubahan iklim tersebut adalah sbb.
1.      Varietas unggul padi toleran terhadap kekeringan adalah Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 8, dan Inpago Lipigo 4. Selain toleran kekeringan, padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5. Inpago 6, Inpago 8, dan Lipigo 4 juga berpotensi hasil tinggi, berkisar antara 6,2 – 8,4 ton/ha.  Verietas unggul padi gogo ini umumnya tahan terhadap blas yang merupakan penyakit utama padi gogo dan toleran keracunan alumunium yang menjadi masalah pada umumnya lahan kering masam.
2.      Varietas unggul padi toleran terhadap rendeman adalah Inpari 29, Inpari 30 Ciherang sub-1, Inpara 4, Inpara 5
3.      Varietas unggul padi toleran tarhadap salinitas adalah Inpari 34 dan Inpari 35
4.      Relative toleran terhadap kekeringan, padi sawah irigasi Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, dan Inpari 20 dengan potensi hasil 8,0 – 9,5 ton/ha. Kempat varietas unggul ini tahan terhadap hama wereng batang coklat (WBC) dan penyakit hawar daun
5.      Varietas Inpari 9 Elo tahan penyakit tungro, potensi hasil 9,3 ton/ha.
6.      Varietas Inpari 15 Parahiyangan tahan penyakit blas ras 033 dengan potensi hasil 7,5 ton/ha.
7.      Padi Unggul Varietas Inpari 28 Kerinci tahan terhadap penyakit hawar daun patotipe III dengan potensi hasil 9,5 ton/ha
8.      Varietas Inpari 29 toleran terhadap rendeman dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 dapat dikembangkan pada lahan sawah irigasi rawan banjir masing-masing dengan potensi 9,5 ton/ha dan 9,6 ton/ha
9.      Varietas Inpara 4 dan Inpara 5 adalah padi lahan rawa pasang surut dan disarankan untuk dikembangkan pada daerah rawa lebak dangkal dan sawah rawan banjir. Keduanya mempunyai potensi hasil masing-masing 7,6 ton/ha dan 7,2 ton/ha. Varietas Inpara 4 dan Inpara 5 toleran rendeman selama 14 hari pada fase pertumbuhan vegetative, tahan penyakit HDP Patotip IV dan VIII.
10.  Berbeda dengan varietas Inpari lainnya, Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan toleran terhadap salinitas pada fase bibit. keunggulan lainnya dari kedua varietas ini adalah berdaya hasil tinggi, mencapai 9,5 ton/ha dan 9,6 ton/ha, tahan penyakit blas dan agak tahan terhadap hama WBC.
Sumber: Balitbangtan

1 komentar:

  1. Dimana saya bisa dapatkan bibit padi unggul yang tahan air garam??

    BalasHapus