Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh
kondisi lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu
diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan
mempengaruhi kehidupan tanaman. Upaya pecegahan atau pelindungan perlu
dilakukan, salah satunya dengan menciptakan varietas tanaman yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Adanya fenomena ekstrem
misalnya badai, embun beku, musim hujan berkepanjangan, musim kemarau berkepanjangan atau curah hujan
sangat tinggi, dapat secara langsung merusak tanaman.
Dalam beberapa tahun
terakhir, terjadi perubahan iklim yang mengancam produksi pangan, khususnya
padi, jagung dan kedelai, karena perubahan iklim ini menyebakan tejadinya:
1. Kemarau
panjang yang menyebabkan tanaman didera kekeringan;
tanaman memerlukan air dalam
jumlah yang cukup untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. tanpa hujan
selama seminggu dapat menurunkan hasil padi gogo atau hasil padi sawah jika dua
minggu tanpa hujan, penurunan hasil sekitar 17-40%
2. Panjang
periode hujan yang merendam sebagian area pertanaman;
banjir di daerah pantai
terutama terjadi karena meningkatnya permukaan air laut akibat badai tropis.
frekuensi banjir akan meningkat sejalan dengan berubahnya iklim yang demikian
cepat. area pertanaman padi yang selama ini tidak pernah dilanda banjir, suatu
waktu akan terendam air karena tingginya curah hujan dalam waktu lama.
3. Salinitas
(peningkatan kadar garam);
salinitas terjadi akibat
permukaan air laut naik karena pemanasan global sehingga gunung es di kawasan
kutub mencair. salinitas terjadi di areal tanam di kawasan pesisir sehingga
tanamn terpapar oleh air berkadar garam tinggi. tanaman padi dan palawija pada
umumnya tidak toleran terhadap salinitas, sehingga produksi padi dan palawija
di lokasi yang teraliri air laut akan turun.
4. Dinamika
serangan hama dan penyakit mengikuti perubahan iklim;
pada tanaman padi, pola curah
hujan tidak beraturan dan berbagai cengkraman kekurangan air meningkatkan
intensitas beberapa hama dan penyakit, antara lain hama werang cokelat,
penyakit bercak cokelat dan blas.
Namun demikian
kondisi lingkungan baru tanaman padi karena perubahan cara bercocok tanam yang
diadopsi petani untuk mengantisipasi perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan
intensitas penyakit busuk pelepah batang, hama lalat buah, dan atau hama
pemotong daun.
Kompetisi antara
pertumbuhan gulma dan tanaman budi daya diperkirakan akan meningkat dan
merupakan tantangan bagi keberlanjutan produksi pangan. disamping itu,
perubahan cuaca ekstrim dapat menimbulkan ledakan hama tikus akibat waktu tanam
yang tidak serempak, baik atarmusim maupun dalam musim yang sama.
Untuk mengatasi
masalah petani akibat dari dampak perubahan iklim yang dapat menurunkan hasil
produksi pertanian, maka telah dilakukan upaya-upaya yang salah satunya adalah
dengan inovasi varietas unggul tanaman pangan khususnya padi, jagung dan
kedelai yang toleran tehadap dampak perubahan iklim tersebut, yaitu varietas
unggul yang toleran kekeringan, rendeman, salinitas, dan tahan terhadap hama
dan penyakit utama, Khusus untuk padi, varietas unggul toleran terhadap dampak
perubahan iklim tersebut adalah sbb.
1. Varietas
unggul padi toleran terhadap kekeringan adalah Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20,
Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 8, dan Inpago Lipigo 4. Selain toleran
kekeringan, padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5. Inpago 6, Inpago 8, dan
Lipigo 4 juga berpotensi hasil tinggi, berkisar antara 6,2 – 8,4 ton/ha. Verietas unggul padi gogo ini umumnya tahan terhadap
blas yang merupakan penyakit utama padi gogo dan toleran keracunan alumunium
yang menjadi masalah pada umumnya lahan kering masam.
2. Varietas
unggul padi toleran terhadap rendeman adalah Inpari 29, Inpari 30 Ciherang
sub-1, Inpara 4, Inpara 5
3. Varietas
unggul padi toleran tarhadap salinitas adalah Inpari 34 dan Inpari 35
4. Relative
toleran terhadap kekeringan, padi sawah irigasi Inpari 13, Inpari 18, Inpari
19, dan Inpari 20 dengan potensi hasil 8,0 – 9,5 ton/ha. Kempat varietas unggul
ini tahan terhadap hama wereng batang coklat (WBC) dan penyakit hawar daun
5. Varietas
Inpari 9 Elo tahan penyakit tungro, potensi hasil 9,3 ton/ha.
6. Varietas
Inpari 15 Parahiyangan tahan penyakit blas ras 033 dengan potensi hasil 7,5
ton/ha.
7. Padi
Unggul Varietas Inpari 28 Kerinci tahan terhadap penyakit hawar daun patotipe
III dengan potensi hasil 9,5 ton/ha
8. Varietas
Inpari 29 toleran terhadap rendeman dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 dapat
dikembangkan pada lahan sawah irigasi rawan banjir masing-masing dengan potensi
9,5 ton/ha dan 9,6 ton/ha
9. Varietas
Inpara 4 dan Inpara 5 adalah padi lahan rawa pasang surut dan disarankan untuk
dikembangkan pada daerah rawa lebak dangkal dan sawah rawan banjir. Keduanya
mempunyai potensi hasil masing-masing 7,6 ton/ha dan 7,2 ton/ha. Varietas
Inpara 4 dan Inpara 5 toleran rendeman selama 14 hari pada fase pertumbuhan
vegetative, tahan penyakit HDP Patotip IV dan VIII.
10. Berbeda
dengan varietas Inpari lainnya, Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin
Agritan toleran terhadap salinitas pada fase bibit. keunggulan lainnya dari
kedua varietas ini adalah berdaya hasil tinggi, mencapai 9,5 ton/ha dan 9,6
ton/ha, tahan penyakit blas dan agak tahan terhadap hama WBC.
Sumber: Balitbangtan
Dimana saya bisa dapatkan bibit padi unggul yang tahan air garam??
BalasHapus