Senin, 18 Mei 2015

Pengembangan dan Pemanfaatan Agens Hayati



Sebentar lagi kita memasuki perdagangan bebas, termasuk pada komoditi pertanian. Ini artinya berbagai macam produk pertanian dari Negara lain akan masuk ke Negara kita Indonesia, bagaimana dengan petani-petani kita? Apakah hasil pertanian mereka siap bersaing baik di Negara kita sendiri maupun di Negara lain? Dijawab sendiri-sendiri saja ya… he..he..
Salah satu kendala dalam meningkatkan kuantitas, kualitas produksi hasil pertanian kita (menurut saya tentunya..) yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan antisipasi kemungkinan terjadinya resiko serangan OPT  sehingga kehilangan hasil dapat ditekan sereendah mungkin dan kualitas serta kuantitas produksi dapat ditingkatkan.
Untuk mengantisipasi tuntutan ekspor produk pertanian di era globalisasi dan penerapan standar keamanan pangan, maka pelaksanaan budidaya dengan  penerapan Pengendalian Hama Trepadu (PHT) mengarah pada penerapan Good Agricultural Practices yaitu penerapan teknologi ramah lingkungan, ekonomis dan berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu, aman untuk dikonsumsi dan dapat bersaing di pasar internasional. Salah satu komponen PHT adalah pengendalian secara biologi dengan menggunakan  agens hayati.
Mengingat pentingnya pengembangan agens hayati dalam pertanian, Indonesia pun mengeluarkan definisi melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995, yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.
Musuh alami yang bertindak baik sebagai predator, parasitoid, pathogen serangga, maupun pathogen antagonis merupakan faktor pengendali OPT yang perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik agar mampu berperan secara maksimal dalam mengendalikan populasi OPT. Musuh alami ini telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan baik di laboratorium dan kelompoktani. Musuh alami ini juga telah diaplikasikan secara luas untuk tanaman pangan, hortikulutra dan perkebunan. Berikut ini beberapa contoh agens hayati yang telah dikembangkan


JENIS AGENS HAYATI YANG TELAH DIKEMBANGKAN
No Jenis Agens Hayati Species OPT Sasaran Cara aplikasi
1 Serangga Parasitoid Trichogramma
 japonicum
Penggerek Batang Padi 100 pias per-ha selama 1 musim tanam
2 Serangga Parasitoid
Trichogramma 
bactrea - bactrea

Penggerek Polong, Ulat Jengkal, Ulat Buah pada  Kedelai 100 pias per-ha selama 1 musim tanam
3
Virus Patogen Serangga


SL NPV (Spodoptera Litura Nuclear Polyhidrosis Virus)
Ulat Grayak Kedelai
100 gr/ha (dilarutkan dgn 200 lt air atau 0,5 gr/lt air
4

Virus Patogen Serangga


HANPV (Helicoverpa Armigera Nuclear Hidrosis Virus)
Ulat Polong Kedelai dan Penggerek Tongkol Jagung
100 gr/ha (dilarutkan dgn 200 lt air atau 0,5 gr/lt air
5

cendawan Patogen Serangga


Metharizium,
Beauveria basiana
Vertilizium
Wereng coklat/hijau.
Kutu p[utih/hijau.
Kepinding tanah.
Walang sangit.
H.Putih palsu dan ulat.pb.t
10 – 20 ml/liter air atau 150 ml. /tangkai 14 l. dengan vol. semprot 500 l. / Ha.
Waktu : pagi / sore hari
6

Agens Antagonis


Pseudomonas
 flourescent (PF)
Patogen tular tanah seperti : Fusarium sp, Ralstonia sp, Erwinia sp, Phytium sp, Rhyzoctonia, dll
·Sebaiknya diaplikasi dalam bentuk kompos dgn dosis : 1 lt PF cair + 50 kompos/pupuk kandang jadi, tutup dgn plastik biarkan 1 minggu sambil dibolak – balik agar suhu tidak terlalu tinggi, 50 kompos plus PF + 2,5 ton kompos/pupuk kandang jadi lakukan yg sama seperti diatas
·Jika harus diaplikasi dalam bentuk cair, maka lahan harus cukup/tersedia bahan organiknya dengan dosis : {Pisang : 10-20 cc/phon} ,{ palawija, jagung, buah sayuran semusim : 2-5 cc/tan 3 x aplikasi (2 mingguan)}. Untuk pisang disarankan tidak memakai pupuk kandang
7 Agens Antagonis

Corinebakterium,sp
Patogen tular udara/air


yg berasal dari : bak.Xanthomonas compertis ( padi )


Xanthomons campestris pv glycines ( bisul bakteri )l


Pseudomonas syringa pv glicines ( Hawar bakteri
·Sebaiknya diaplikasi dalam bentuk cair dgn dosis : 5-10 ml / lt air atau 70 -140 ml /tangkai ( 14 L ).
·Semprotkan secara merata pada seluruh permukaan bawah daun , pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan bila sore hasi setelah jam 15.00.
·Waktu aplikasi  umur tanaman :
    - 14 hst, 28 hst, 42 hst dan 56 hst.
      dengan volume semprot 500 liter/ha.
Juga bisa diaplikasikan pada :
1. Perlakukan benih : perendaman benih dngan suspensi bakteri Cory 5 ml/l.air
2.. Pesemaian ( Padi ) : penyemprotan  5 ml / /l.
8

Agens Antagonis


Trichoderma sp dan Glicocadium sp
Patogen tular tanah yg berasal dari cendawan mis : Fusarium sp, Rhyzoctonia sp, Phytium sp, dll
·Sebaiknya diaplikasi dalam bentuk kompos dgn dosis : 1 lt PF cair + 50 kompos/pupuk kandang jadi, tutup dgn plastik biarkan 1 minggu sambil dibolak – balik agar suhu tidak terlalu tinggi, 50 kompos plus PF + 2,5 ton kompos/pupuk kandang jadi lakukan yg sama seperti diatas
·Jika harus diaplikasi dalam bentuk cair, maka lahan harus cukup/tersedia bahan organiknya dengan dosis ; [Pisang : 10-20 cc/phon] , [ palawija, jagung, buah sayuran semusim : 5 cc/tan 3 x aplikasi (2 mingguan) ]. Untuk pisang disarankan tidak memakai pupuk kandang 
 

Demikian artikel tentang agens hayati dari saya. Semoga rekan agritani lebih memahami tentang pemanfaatan agen hayati tsb dan kedepannya dapat mengurangi obat-obatan kimia dalam mengendalikan serangan OPT. Semoga bermanfaat...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar